Mesjid Sultan Bacan juga merupakan peninggalan sejarah yang berdekatan dengan keraton Sultan Bacan. Mesjid ini dibangun pada tahun 1901 yang dirancang oleh arsitek Jerman, Hoennig von Hendrik pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Sadek. Di belakang mesjid terdapat mata air suci yang dipercaya mempunyai kegunaan bagi kesehatan mengakibatkan daya tarik bagi Anda yang berkunjung di kawasan ini. Mesjid Sultan Bacan merupakan salah satu wisata sejarah di Pulau Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Mesjid ini berdekatan dengan Keraton Sultan Bacan, yaitu sekitar 100m yang berada di Amasing Kota, Kecamatan Bacan.
Mesjid ini berdiri di atas lahan seluas 6.020 m². Pada kubah limas paling atas terdapat kaligrafi di setiap sisinya. Mesjid ini mempunyai 17 pintu masuk. Pada salah satu terasnya, terdapat sebuah bedug bercat hijau yang mempunyai diameter 1 m dengan panjang 1,5 m, sedangkan pada belahan belakang masjid terdapat kompleks pemakaman kuno para ulama dari Malaka, keluarga serta kerabat dari Kesultanan Bacan. Masjid Kesultanan Bacan ini tidak dikelilingi pagar, akan tetapi bersahabat masjid dari tiga arah susukan ke lingkungan masjid tersebut terdapat pintu gapura beratap gua susun sebagai gerbang menuju lingkungan masjid tersebut.
Sumber: Foto Lensa Lipu |
Pada jaman dahulu, mesjid ini tidak hanya dipakai untuk kawasan ibadah, namun kegiatan roda pemerintahan juga di mesjid ini. Sultan dan para Ketua Adat biasanya menggelar pertemuan di teras mesjid untuk membahas persoalan Kenegaraan.